BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era
globalisasi atau zaman dimana dunia menyatu perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam
sebagai dasar dan penunjang penemuan teknologi baru bersifat dinamis dan makin
lama makin cepat. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam yang terjadi 20 tahun
terakhir jauh melebihi perkembangan dalam seluruh waktu sebelumnya. Oleh sebab
itu dalam mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam jangan hanya menggunakan satu dua
pendekatan, tetapi gunakan berbagai pendekatan yang sesuai bagi berbagai pokok
bahasan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan berperan penting dalam
menentukan berhasil-tidaknya proses belajar yang diinginkan. Pendekatan dalam
pembelajaran merupakan proses mengalami untuk memperoleh pemahaman yang lebih
baik. Dalam mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dapat digunakan berbagai
pendekatan.
Pendidikan
IPA bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses
penemuan, serta sikap ilmiah yang akan bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari
diri dan alam sekitarnya. Dengan pemberian pengalaman langsung untuk mencari
tahu melalui kegiatan observasi atau eksperimen yang dibuktikan secara
empiris.Pemahaman dan penguasaan terhadap pendekatan pembelajaran sangatlah penting bagi seorang guru, karena
dengan kemampuan tersebut dapat meningkatkan keberhasilan pembelajaran.
Pendekatan adalah cara umum dalam memandang
permasalahan atau objek kajian, sehingga berdampak ibarat seseorang memakai
kacamata dengan warna tertentu pada saat memandang alam sekitar. Pendekatan
bersifat aksiomatis yang menyatakan pendirian, filosofi, dan keyakinan yang
berkaitan dengan serangkaian asumsi.
Peranan pendekatan adalah menyesuaikan komponen input,
output, produk, dan outcomes pendidikan dengan bahan kajian yang akan
disajikan, sehingga pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, menumbuhkan rasa
ingin tahu, memberikan penghargaan, serta bermakna bagi hidup baik untuk
sekarang maupun yang akan datang.
Tujuan pendekatan adalah menggiring persepsi dan atau
proses pengkajian dengan suatu terminologi sehingga diperoleh pembentukan
perilaku yang diharapkan. Prinsip pemilihan pendekatan dengan mempertimbangkan
faktor-faktor yang terkait antara lain adalah tujuan pendidikan dan
pembelajaran, kurikulum, kemapuan siswa, psikologi belajar, dan sumber daya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah Pendekatan dalam Pembelajaran IPA
SD?
2.
Bagaimanakah Penerapan Pendekatan dalam
Pembelajaran IPA SD?
C.
Tujuan
Masalah
1.
Untuk mengetahui pendekatan dalam
pembelajaran IPA SD
2.
Untuk mengetahui penerapan pendekatan dalam
pembelajaran IPA SD
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan dalam Pembelajaran IPA
SD
Masa sekolah dimulai pada masa kanak-kanak, dimana anak mulai masuk jenjang
sekolah dasar, masa ini anak sudah matang untuk dapat belajar di bangku sekolah
dasar karena anak telah siap menerima ketahapan-ketahapan baru dari
lingkungannya.
Anak pada usia SD mempunyai karakteristi tersendiri dalam hal ini harus
dipahami oleh guru sehingga dalam proses pembelajaran dikelas menjadi
pertimbangan tersendiri, selain harus memahami karakteristiknnya, guru juga
harus memahami perkembangan intelektualnya, fungsi dari fisiknya serta
merefleksikannya didalam kelas ketika proses pembelajaran terjadi. Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi permasalahan dalam proses pembelajaran.
Dalam
pembelajaran IPA terpenting adalah metode dan pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran.
1.
Pendekatan
Scientific pada Pembelajaran IPA
Pembelajaran
dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum
atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan
dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan
saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada
informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang
diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu
dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Proses
pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan
kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi
pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu
kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan
dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran
disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:
- Substansi atau materipembelajaran berbasis pada
fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
- Penjelasan
guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
- Mendorong
dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
- Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu
berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu
dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.
- Mendorong
dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
substansi atau materi pembelajaran.
- Berbasis
pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapatdipertanggung-jawabkan.
- Tujuan
pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem
penyajiannya
Pembelajaran dengan metode saintifik
memiliki karakteristik sebagai berikut:
- berpusat
pada siswa.
- melibatkan
keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
- melibatkan
proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan
intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
- dapat
mengembangkan karakter siswa.
2.
Pendekatan Lingkungan dalam Pembelajaran IPA
Lingkungan dalam ensikloppedia Indonesia (1983) adalah segala sesuatu
yang ada di luar suatu organisme, meliputi:
a.
Lingkungan mati (abiotik), yaitu lingkungan di luar
suatu organisme yang terdiri atas benda atau faktor alam yang tidak hidup,
seperti bahan kimia, suhu, cahaya, grafitasi, atmosfer, dan lainnya.
b.
Lingkungan hidup (biotik) , yaitu lingkungan di luar
suatu organisme yang terdiri dari organisme hidup, seperti tumbuhan, hewan, dan
manusia. Menurut Zaidin (2000) dalam pengertian yang lain lingkungan itu
merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk
di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya.
Pendekatan
lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk
meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber
belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik
siswa, jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang
dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungan (Khusnin,
2008).
Menurut
Yulianto (2002) pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu
proses belajar mengajar dimana lingkungan digunakan sebagai sumber belajar.
Untuk memahami materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari sering
digunakan pendekatan lingkungan. Sehingga dapat dikatakan lingkungan yang ada
di sekitar merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk
pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Lingkungan dapat
memperkaya bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan
merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai
yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa.
Penggunaaan
lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna sebab
anak dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya. Pelajaran biologi dengan
menggunakan bahan-bahan alami lebih menguntungkan bagi siswa dan pengalaman
bersahabat dengan alam lebih cenderung menyiapkan perasaan positif bagi siswa
terhadap keajaiban alam. Hal senada juga diungkapkan Suniarsih (2006) yaitu
berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar.
Pemanfaatan
lingkungan dalam pengajaran mempunyai keuntungan praktis dan ekonomis.
Keuntungan praktis karena mudah diperoleh, sedangkan keuntungan ekonomis karena
murah dan dapat dijangkau oleh seluruh siswa. Dengan memanfaatkan lingkungan
sekaligus juga memanfaatkan kepedulian siswa untuk mencintai lingkungan
belajarnya. Hal ini akan lebih terasa bermakna, bermanfaat dan langsung dapat
dirasakan oleh siswa.
3.
Pendekatan Sains Lingkungan Teknologi dan Masyarakat
Pendekatan
sains, teknologi, lingkungan dan masyarakat adalah pengindonesiaan dari science
technology society menurut NSTA ( Nasional Science Teacher Associations) adalah
pembelajaran sains dan teknologi masyarakat
dalam konteks pengalaman manusia ( Yager,2010). Sains Teknologi
Masyarakat juga dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dapat dirancang
dengan menggunakan isu-isu sosial dan teknologi yang ada dilingkungan siswa
sebagai pemicu dalam pembelajaran suatu konsep.
Menurut Wahyudi, dkk dalam Munawarah
(2004 : 7) ada beberapa keunggulan yang dapat diperoleh dari pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat (STM) yaitu:
a. Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi tujuan
1)
Meningkatkan keterampilan inquiry dan pemecahan, di
samping keterampilan proses.
2)
Menekankan cara belajar yang baik yang mencakup ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik.
3)
Menekankan sains dalam keterpaduan dan antara bidang
studi.
b. Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi pembelajaran
1)
Menekankan keberhasilan siswa.
2)
Menggunakan berbagai strategi.
3)
Menyadarkan guru bahwa kadang-kadang dirinya tidak
selalu berfungsi sebagai sumber informasi.
c. Keunggulan pendekatan STM ditinjau dari segi evaluasi
1)
Ada hubungan antara tujuan, proses dan hasil belajar.
2)
Perbedaan antara kecakapan, kematangan serta latar
belakang siswa juga diperhatikan.
3)
Kualitas efisiensi dan keefektifan serta fungsi
program juga dievaluasi.
4)
Guru juga termasuk yang dievaluasi usahanya yang terus
menerus dalam membantu siswa.
4.
Pendekatan Factual dalam Pembelajaran IPA
Pendekatan ini menekankan penemuan
fakta-fakta dalam IPA. Contoh informasi yang didapatkan murid dengan pendekatan ini, misalnya
ular termasuk golongan reptil, merkurius adalah planet yang terdekat dengan
matahari. metode yang digunakan dalam pendekatan ini adalah membaca, mengulang,
melatih dan lain-lain. Pada dasarnya pembelajaran IPA dengan pendekatan
ini akan menimbulkan kebosanan pada diri murid-murid dan tidak memberikan
gambaran yang benar.
Pendekatan
faktual adalah suatu cara mengajar dengan menyampaikan hasil-hasil penemuan IPA
kepada siswa, dimana pada akhir suatu intruksional siswa akan memperoleh
informasi tentang hal-hal penting.Terkadang menarik bagi siswa, namun kurang
merefleksikan gambaran tentang sifat IPA sendiri. Biasanya, siswa tidak dapat
mengingat tentang fakta dalam waktu lama karena tidak mendapatkan sajian
tentang gambaran menyeluruh.
5.
Pendekatan Konseptual dalam Pembelajaran IPA
Pendekatan konseptual adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara
langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk
menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan
buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam defenisi
sehingga menjadi pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori.
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan
berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta
atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan
meramalkan.
Konsep dimulai dengan memperkenalkan
benda konkret, berkembang menjadi simbol sehingga menjadi abstrak yang berupa
ucapan atau tulisan yang mengandung konsep yang lebih kompleks. Konsep yang
kompleks memerlukan permunculan berulang kali dalam satu pertemuan dalam kelas,
didukung media atau sarana yang tepat. Contoh : Kalau pengajar menjelaskan
konsep “mata”, maka pembelajar dapat memperlihatkan mata mereka secara konkret.
Pengajar bertanya, “ Dimana matamu ?, Apa gunanya mata ?, Berapa matamu ? “.
Dan pertanyaan-pertanyaan ini pembelajar dapat menghubungkan benda konkret
dengan fungsinya dan kegiatannya. Semua ini memunculkan pengalaman baru.
Dalam proses internalisasi suatu
konsep perlu diperhatikan dari beberapa hal, antara lain:
a.
Memperkenalkan benda-benda yang semula tak bernama
menjadi bernama.
b.
Memperkenalkan unsur benda, sehingga memberi
kemungkinan unsur lain. Contoh : Bunga-berbau (harum/tak harum), Berwarna
(bermacam-macam), Berdaun (kecil, besar), Berduri (lunak, keras).
c.
Menunjukkan ciri-ciri khusus pada benda yang
diperlihatkan.
d.
Menunjukkan persetujuan dengan membandingkan contoh
dan bukan contoh.
Langkah-langkah
mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu :
a.
Tahap Enaktif, yaitu melalui Pengenalan benda konkret.
menghubungkan dengan pengalaman lama atau pengalaman baru, dan pengamatan,
penafsiran tentang benda baru. Contohnya:
1)
Pengajar memperlihatkan barang-barang yang sering
dipakai orang sehari-hari untuk menutup badan dan perlengkapannya. Pembelajar
diminta mengamati dan menghubungkan dengan apa yang pernah dialaminya atau
barangkali ada kreasi baru.
2)
Pengajar bertanya agar mendapat respons tentang
barang-barang tersebut. Apakah kamu pernah mengenakan barang seperti ini jawabnya
ya atau tidak. Apakah kamu pernah mengenakan barang seperti ini, jawabnya ya
atau tidak. Apakah barang-barang ini sambil diperagakan, dipakai di badan,
disebagian badan atau di seluruh badan serta dikaki, di tangan atau di leher,
jawabnya “ ya atau tidak “.
b.
Tahap Simbolik yaitu dengan memperkenalkan ; Simbol, lambang, kode, membandingkan antara
contoh dan non contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti akan
ciri-cirinya. Seta memberi nama, istilah, serta definisi. dimana pengajar
memperlihatkan gambar tentang barang-barang yang ditunjukkan pada a dan b.
Pembelajar menunjuk dan menyebut ciri-ciri khusus tiap-tiap benda tersebut, dan
Pengajar bersama pembelajar memberi sebuah nama atau istilah. Gambar atau
barang yang termasuk baju dan gambar atau barang yang bukan baju tetapi sebagai
pelengkap. Pembelajar secara lisan dapat menyebut dengan nama dan definisinya.
c.
Tahap Ikonik merupakan tahap penguasaan konsep secara
abstrak, seperti, menyebut
nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.
6.
Pendekatan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran IPA
Pendekatan pemecahan masalah adalah pendekatan tang digunakan dalam
mempelajari suatu ilmu pengetahuan dengan maksud mengubah keadaan yang actual
menjadi suatu keadaan, seperti yang kita kehendaki dengan memperhatika prosedur
pemecaha yang sistematis.
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di
dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas
guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas
guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka. Contoh : Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah,
keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh
guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Pesertadidik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
Ciri-ciri pendekatan pemecahan masalah yaitu :
a. diawali
dengan masalah yang rutin dengan memilih masalah yang berkaitan dengan situasi
nyata dalam kehidupan.
b. mempunyai
penyelesaian yang berbeda.
c. mengembangkan
sifat ilmiah seperti jujur, teliti, terbuka, propesional dan kerja keras
mengaplikasikan pemahaman pengetahuan dalam kehidupan
7.
Pendekatan Nilai dalam Pembelajaran IPA
Pendekatan nilai adalah cara
mengerjakan IPA dengan menggunakan pandangan suatu nilai, misalkan terkait
moral/etika, yang bersifat universal, nilai yang terkait dengan kepercayaan/
agama, atau nilai yang terkait dengan politik, sosial, budaya suatu negara/
daerah. Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk IPA serta prilaku
yang diharapkan yang terkait produk dan proses tersebut, namun
tidak secara langsung tentang proses bagaimana produk tersebut dihasilkan.
8.
Pendekatan Inkuiri dalam
Pembelajaran IPA
Pendekatan
ini lebih bersifat mencari tahu, artinya siswa sangat aktif mencari sendiri
informasi yang ia perlukan. Dalam pendekatan ini dominasi guru lebih sedikit.
Pendekatan
ini merupakan suatu strategi pembelajaran dimana guru dan murid mempelajari
peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan yang dipakai oleh ilmuwan. Arti
inkuiri adalah proses penemuan dan penyelidikan masalah-masalah, menyusun
hipotesa, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan
tentang hasil pemecahan masalah. Sehingga anak untuk melakukan eksperimen
sendiri. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas
pertanyaan yang mereka ajukan.
Pendekatan inkuiri
adalah suatu pendekatan yang menggunakan cara bagaimana atau jalan apa yang
harus di tempuh oleh siswa dengan bimbingan guru untuk sampai pada
penemuan-penemuan, dan buatan penemuan itu sendiri. Langkah-langkah pengajaran
dengan pendekatan inkuiri dapat dilakukan sebagai berikut :
a.
Pertama, Siswa dikelompokkan dalam tiap
kelompok terdiri dari lima siswa seorang sebagai ketua, seorang pencatat,
seorang pengarah, seorang pemantau diskusi dan seorang perangkum.
b.
Kedua, Guru mengajukan permasalahan
dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis. Masalah jangan terlalu umum, tetapi
dipersempit. Contoh pertanyaan yang terlalu umum, “apa yang dimaksud
Fotosintensis?” sebaiknya lebih dipersempit misalnya, “Faktor apa saja yang
mempengaruhi fotosintesis?”.
c.
Ketiga, Untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis, siswa diberi kesempatan untuk
mengumpulkan berbagai keterangan yang sesuai dengan masalah yang akan dikaji
jawaban terhadap pertanyaan hendaknya tidak diperoleh dari kepustakaan,
sebaiknya informasi diperoleh dengan jalan mengamati objeknya mencoba sendiri
atau melakukan percobaan, mewawancarai nara sumber dan sebagainya.
d.
Keempat Keterangan-keterangan yang
terkumpul dari hasil percobaan, diolah, diklasifikasikan, ditabulasi, bila
perlu dihitung dan ditafsirkan.
e.
Kelima, Dari hasil pengelolaan data tadi
nantinya akan diperoleh jawaban terhadap masalah diatas, kemudian ditarik
kesimpulan umum.
Pendekatan inkuiri ini
berdasarkan kepada prosedur yang dilakukan untuk sampai pada penemuan-penemuan
bukan penemuan itu sendiri. Pendekatan inkuiri lebih jauh mengaktifkan siswa
dari pada ceramah yang diberikan guru, membaca
buku, pemberian informasi dan lain-lainnya.
9.
Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA
Keterampilan berarti kemampuan
menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk
mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Dengan demikian,
Keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan
sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan
yang lebih tinggi pada diri siswa.
Pendekatan keterampilan proses
adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan
keterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan
untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan
para ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan
setiap siswa menjadi ilmuwan. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
proses dilaksanakan dengan maksud karena IPA merupakan alat yang potensial
untuk membantu mengembangkan kepribadian siswa.
Kepribadian yang berkembang
merupakan prasyarat untuk melangkah ke profesi apapun yang diminati siswa (Popy
dkk, 2009:1). Keterampilan proses dalam Ilmu Pengetahuan Alam meliputi
keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Dalam keterampilan dasar yang
perlu dilakukan adalah melakukan pengamatan (observasi), penggolongan
(klasifikasi), penyampaian (komunikasi), pegukuran (measurement), prakiraan (prediksi),
dan penarikan kesimpulan. Sedangkan dalam keterampilan terintegrasi yang perlu
dilakukan adalah menentukan faktor perubahan (identifikasi variabel), menyusun
tabel data, menyusun grafik, menggambarkan hubungan di antara
variable-variabel, memperoleh dan memproses data, menganalisis hasil
penyelidikan, menyusun hipotesis, merumuskan variable-variabel secara
operasional, merancang penyelidikan dan yang terakhir adalah melakukan
percobaan (eksperimen).
Ilmu
pengetahuan alam memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah di alam sekitar
melalui proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA seperti yang tertuang dalam
kurikulum 2006, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada hakikat IPA yang
meliputi produk, proses, dan sikap ilmiah melalui keterampilan proses.
Berdasarkan
uraian di atas jelas bahwa pembelajaran IPA lebih menekankan pada pendekatan
keterampilan proses sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun
konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah di pihak siswa yang dapat berpengaruh
positif terhadap kualitas maupun produk pendidikan.
Sementara itu
Darmodjo dan Kaligis, (2002: 52) merinci keterampilan-keterampilan proses dalam
pendidikan IPA itu meliputi :
a.
Keterampilan mengobservasi (
membedakan, menghitung dan mengukur.
b.
Keterampilan mengklasifikasi, yang
meliputi menggolong-golongkan atas dasar aspek-aspek tertentu, serta kombinasi
antara menggolongkan dengan mengurutkan.
c.
Keterampilan menginterpretasi,
termasuk menginterpretasi data, grafik, maupun mencari pola hubungan yang
terdapat dalam pengolahan data.
d.
Keterampilan memprediksi,
termasuk membuat ramalan atas kecenderungan dalam pengolahan data.
e.
Keterampilan membuat hipotesis,
meliputi kemampuan berpikir deduktif dengan menggunakan konsep-konsep,
teori-teori maupun hukum-hukum IPA yang telah dikenal.
f.
Keterampilan mengendalikan
variabel, yaitu upaya mengisolasi variabel yang tidak diteliti sehingga adanya
perbedaan pada hasil eksperimen adalah dari variabel yang diteliti.
g.
Keterampilan merencanakan dan
melakukan penelitian, eksperimen yang meliputi penetapan masalah, membuat
hipotesis, menguji hipotesis.
h.
Keterampilan menyimpulkan atau
inferensi, yaitu kemampuan menarik kesimpulan dari pengolahan data.
i.
Keterampilan menerapkan atau
aplikasi, atau menggunakan konsep atau hasil penelitian ke dalam perikehidupan
dalam masyarakat.
j.
Keterampilan mengkomunikasikan,
yaitu kemampuan siswa untuk dapat mengkomunikasikan pengetahuannya, hasil
pengamatan, maupun penelitiannya kepada orang lain baik secara lisan maupun
secara tertulis.
10.
Pendekatan Sejarah dalam Pembelajaran IPA
Pendekatan
sejarah adalah cara mengajarkan IPA dengan menyajikan berbagai penemuan yang
dihasilkan oleh para ilmuwan/ahli IPA tentang perkembangan temuan-temuan tersebut dikaikan dengan ilmu IPA sendiri. Dengan menggunakan metode membaca buku
atau menjelaskan.
Siswa diajak untuk membaca buku atau
mendengarkan informasi temuan-temuan
IPA bukan untuk melakukan suatu kegiatan. Seperti halnya pendekatan
faktual dan pendekatan konseptual, pendekatan ini lebih menekankan penyampaian
produk atau hasil IPA, sedikit menjelaskan proses mendapatkan temuan tersebut, namun tidak banyak melibatkan siswa dengan bagaimana proses konkret yang
dilaluinya.
B.
Penerapan Pendekatan Pembelajaran IPA SD
Penerapan
pendekatan pada umumnya diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar langsung
melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sidat ilmiah.
Secara eksplisit disebutkan IPA seharusnya dipelajari secara inkuiri ilmiah
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir ( aspek kognitif ), bekerja dan bersikap
ilmiha ( aspek psimotor dan sikap ) serta keterampilan berkomunikasi.
1.
Penerapan Pendekatan Saintifik
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga
kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana
awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru
menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek
kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak
hadir.
Dalam metode saintifik tujuan utama
kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan
dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa
yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan siswa
yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada
kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian “aneh”
atau “ganjil” (discrepant event) yang dapat menggugah timbulnya pertanyaan pada
diri siswa.
Kegiatan inti merupakan kegiatan
utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar
(learning experience) siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah
suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang
dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik
ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan
bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka.
Kegiatan penutup ditujukan untuk dua
hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang
telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang
dikuasai siswa.
2.
Penerapan Pendekatan Lingkungan
Pembelajaran
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, untuk mengembangkan kebiasaan
dalam menggunakan dan memperlakukan lingkungan secara bijaksana dengan memahami
faktor politisi, ekonomis, sosial-budaya, ekologis, mengembangkan keterampilan
untuk meneliti lingkungan.
Contohnya
misalkan menjelaskan tentang lingkungan sehat dan tidak sehat, menggunakan
lingkungan sekitar sebagi sumber belajar dengan mengajak siswa mendeskripsikan
lingkungan tersebut. Menjelaskan bagaimana lingkungan bisa tercemar dan lain
sebagainya.
3.
Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat
Pembelajaran
dipusatkan pada siswa dengan memperhatikan keragaman siswa dan bertujuan agar
siswa memiliki pemahaman sains, teknologi, lingkungan dan masyarakat yang
mendukung pengembangan kognitif, mempunyai sikap bahwa sains, teknologi,
lingkungan menarik dan bermanfaat, menggunakan pemahaman sains dan teknolohi
untuk diterapkan dilingkungan alam dan sosialnya.
Menurut Anwariyah dalam Munawarah
(2002 : 5) ada empat macam penerapan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam pembelajaran
yaitu:
a.
Menyadari hubungan yang kompleks antara ilmu,
teknologi dan masyarakat.
b.
Mengerti dan mampu mengadaptasikan diri dengan
berbagai perubahan besar sebagai akibat perkembangan IPTEK serta dampak-dampak
bagi individu dan masyarakat.
c.
Mampu membuat keputusan yang tepat mengenai penggunaan
teknologi dala masyarakat khususnya yang melibatkan unsur-unsur sosial, seperti
lingkungan, energi, kependudukan, bio genetika, teknologi, maknan, transportasi
dan lain-lain.
d.
Secara realistik dapat memproyeksikan alternatif masa
depan beserta konsekwensi positif dan negatifnya.
Contohnya
misalkan menggunakan sumber informasi, mendefinisikan perubahan energy gerak
akibat pengaruh udara, curah pendapat tentang sumber untuk mengumpulkan
informasi.
4.
Penerapan Pendekatan Faktual
Pembelajaran
dilakukan dengan menyodorkan hasil penemuan IPA dan pada akhirnya siswa
diharapkan memperoleh informasi IPA.
Contohnya
yaitu misalkan, menjelaskan bagian tubuh (panca indra dan anggota tubuh)
memilki kegunaan masing-masing.
5.
Penerapan Pendekatan Konseptual
Pembelajaran
memerlukan objek yang konkret, eksplorasi, mendapatkan fakta, dan melakukan
manipulasi atau pemrosesan pendapat secara mental.
Contohnya
misalkan manusia dan hewan bergantung pada tumbuhan hijau. Menjelaskan dengan
menggunakan gambar bahwa untuk mempertahankan hidup, hewan dan tumbuhan
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
6.
Penerapan Pendekatan Pemecahan Masalah
Pembelajaran
bertolak dari suatu permasalahan dimana guru dapat merumuskan dan
mendemontrasikan penyelesaian suatu masalah kemudian meminta siswa memecahkan
permasalahan yang serupa atau guru membimbing siswa merumuskan dan memecahkan
permasalahan yang diajukan atau guru mengkombinasikan kedua cara tersebut.
Contohnya
yaitu mengidentifikasi permasalahan dari kehidupan sehari-hari, misalkan
mencari cara agar makanan atau minuman bertahan lama untuk tetap panas.
7.
Penerapan Pendekatan Nilai
Pembelajaran
dipusatkan pada siswa untuk dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai untuk
keselarasan, keserasian, keseimbangan dan kesempurnaan kehidupan, lingkungan
dan alam semesta.
Contohnya
yaitu mengidentifikasi tentang makhluk hidup yang menguntngkan, merugikan,
serta tidak ,enguntungkan dan tidak merugikan bagi manusia.
8.
Penerapan Pendekatan Inkuiri
Pembelajaran
ditandai dengan adanya pencarian jawaban melalui serangkaian kegiatan
intelektual.
Contoh pendekatan
inkuiri yang dapat di kenal adalah apa yang di lakukan oleh Fransisco Redi
(1621-1687). Redi berpendapat lain, bahwa larva itu tidak muncul dengan sendirinya.
Tetapi larva itu berasal dari telur yang diletakkan oleh lalat yang hinggap
pada daging tersebut. Redi kemudian menguji dugaannya atau hipotesis nya dengan
percobaan sederhana.
Dalam cara kerjanya dapat dilihat bahwa pendekatan inkuiri ilmu pengetahuan
alam, yaitu pertama membuat perumusan hipotesis, kedua menguji hipotesis itu.
Jadi bila menemukan suatu masalah yang perlu jawaban, tidak begitu saja salah
dijawab, tetapi memakai langkah-langkah pencarian atau menemukan jawabannya
yang benar.
Contoh
lainya yaitu kegiatan mengamati gaya pada benda yang terbang, kegiatan pengaruh
gaya terhadap plastisin atau tanah liat.
9.
Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses
Pembelajarannya
mengajarkan berbagai keterampilan proses yang biasa digunakan para ilmuwan dalam
mendapatkan atau memformulasikan hasil IPA.
10.
Penerapan Pendekatan Sejarah
Pembelajaran
dengan menyajikan berbagai penemuan dan perkembangan temuan tersebut dikaitkan
dengan IPA. Siswa biasanya disuruh membaca atau mendengarkan informasi dari
guru.
Contohnya
misalkan menceritakan tentang bagaimana Newton menemukan teori gaya dan
bagaimana Thomas alfa Edison menemukan bola listrik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian,
sehingga berdampak ibarat seseorang memakai kacamata dengan warna tertentu pada
saat memandang alam sekitar. Pendekatan bersifat aksiomatis yang menyatakan
pendirian, filosofi, dan keyakinan yang berkaitan dengan serangkaian asumsi.
Peranan pendekatan adalah menyesuaikan komponen input, output, produk, dan
outcomes pendidikan dengan bahan kajian yang akan disajikan, sehingga
pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, menumbuhkan rasa ingin tahu,
memberikan penghargaan, serta bermakna bagi hidup baik untuk sekarang maupun
yang akan datang.
Tujuan pendekatan adalah menggiring persepsi dan atau proses pengkajian
dengan suatu terminologi sehingga diperoleh pembentukan perilaku yang
diharapkan. Prinsip pemilihan pendekatan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
yang terkait antara lain adalah tujuan pendidikan dan pembelajaran, kurikulum,
kemapuan siswa, psikologi belajar, dan sumber daya.
B. Saran
Sebagai calon seorang guru yang nantinya akan mengajar
dalam kelas, kita harus memiliki wawasan yang
luas, tentang bagaimana cara mengajar yang menarik bagi siswa dan tidak membosankan. Setelah membaca makalah ini,
disarankan kita dapat menggunakan pedekatan mengajar yang sesuai dengan situasi
dan keadaan kelas, sehingga proses belajar-mengajar dapat berjalan
dengan optimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Saptiati,
Amalia, dkk. 2009. Pembelajaran IPA di SD.
Jakarta: Universitas Terbuka